Minggu, 12 Desember 2021

#BundaSalihah

Ahad, 12 Desember 2021/08 Jumadil Awal 1443 H

Bismillah.

Tak terasa sudah 6 bulan menjalani perkuliahan kelas Bunda Salihah di kampus Ibu Pembaharu.
Alhamdulillah akhirnya saya sampai juga di garis finish, materi 8 ini benar-benar harus berkejaran dengan waktu untuk membuat changemaker journey team dan personal.

Pekan ini adalah pekan yang sangat menegangkan untuk saya, karena syaratnya adalah lulus dari kelas Bunda Salihah Ibu Pembaharu yang nantinya akan ada seleksi untuk program scale up impact di Ekosistem Ibu Pembaharu, karena tidak semua mahasiswa yang lulus bisa masuk ke Ekosistem Ibu Pembaharu.

Changemaker journey personal saya:

https://drive.google.com/file/d/1LfFHsrh1vVBpziezCd8AnvZY6wThMZIs/view?usp=drivesdk

https://instagram.com/tamanthufaila?utm_medium=copy_link

https://www.facebook.com/profile.php?id=100072622853310

https://tamanthufaila.wordpress.com/

Flash back 6 bulan lalu dimana saat identifikasi masalah mencari problem statement dan analisa akar masalah dalam hidup saya, dari problem statement itu kita merubah masalah menjadi tantangan, tidak boleh tergesa-gesa untuk mencari solusinya tetapi ada proses untuk menyelesaikan problem statement tersebut.
Akhirnya saya memilih masalah tentang kemandirian lifeskill anak yang membuat saya kepikiran terus.
Yang melatar belakangi problem statement saya adalah ketika teman saya meninggal dunia dan mempunyai anak usia SMP. Anaknya dititipkan ke saudaranya, saya mendapat berita bahwa saudaranya mengeluh tentang anak ini.
Anaknya malas, bangun pagi dan ibadah harus diingatkan.
Makan, minum dan pakaian harus dilayani, piring bekas makannya sendiri ga dicuci. Semua dikerjakan oleh saudaranya, kehadiran anak ini hanya menyusahkan saudaranya.
Mengurus kebutuhannya sendiri saja bergantung kepada orang lain, apalagi membantu tugas pekerjaan rumah tangga.
Saya tidak mau kalau anak-anak saya seperti itu, tidak mandiri.

Sebagai orang tua tugas kita adalah menyiapkan anak-anak untuk siap berpisah dengan orang tuanya. Karena tidak selamanya orang tua bisa membersamai anak suatu saat pasti berpisah, bisa karena anak melanjutkan pendidikan di pondok pesantren atau di luar kota bahkan mungkin di luar negeri atau dipisahkan oleh kematian.

Untuk menyelesaikan masalah menjadi tantangan ini, saya tidak bisa sendirian harus ada teman yang mempunyai problem statement yang sama atau beririsan lalu bergandengan, bekerja sama bergabung menjadi satu tim.
Dari problem statement itulah saya membuat user persona, mencari teman yang mau bergabung dengan tim saya
Awalnya banyak yang gabung menjadi anggota ada 11 orang dari kelas Bunda Salihah hanya 1 orang mba Ratna Sary Oktavyani. Tim saya yang gemuk ternyata banyak usernya, dengan berat hati saya harus mengeluarkan user dari tim, tinggal saya dan mba Ratna dan kami mendirikan tim Taman Thufaila. Kemudian bertambah anggota baru bunda Ira seorang praktisi parenting dari YKBH.

Kami membuat logo tim, web, IG dan FB. Untuk web masih kosong karena saya dan mba Ratna tidak tahu bagaimana cara mengedit di web. Masih PR untuk kami, insya Allah selesai changemaker journey ini saya akan mencoba untuk membuat web.

Dalam perjalanan saya dan Taman Thufaila lumayan berat karena tim kami hanya bertiga. Bahkan saat mengikuti even questival kemerdekaan, saya dan keluarga terpapar covid-19.
Alhamdulillah mba Ratna sehat kami saling support satu dengan yang lainnya sehingga bisa menyelesaikan setiap tantangan baik even ataupun melakukan aksi pada setiap materi perkuliahan.
Karena sejak awal kami bergabung menjadi satu tim saya langsung memberikan peran dan tugas kepada anggota sesuai dengan passion masing-masing dan kami terus berkomitmen dan konsisten dengan peran yang sudah kami ambil di Tim.
Saya sebagai leader tentu harus selalu siap dengan tantangan materi setiap bulannya untuk didiskusikan bersama anggota.

Dalam kehidupan selalu ada ujian, bulan November disaat even kedua kongres Ibu Pembaharu gantian mba Ratna yang sakit, saya handle untuk challengenya bersama 5 tim gabungan Bunda Salihah di grup Pendidikan Bermutu 16.
Walaupun dalam kondisi sakit mba Ratna tetap ikut berkontribusi membuat rekaman video.
Pertengahan November mba Ratna melahirkan anaknya yang ketiga dan kami sukses mengadakan kulzoom disaat mba Ratna mau persiapan sesar.
Kontribusi mba Ratna dan Bunda Ira sangat besar bagi tim saya.
Alhamdulillah saya dipertemukan dengan tim yang solid, problem statement yang saya pilih seiring berjalannya perkuliahan saya mendapatkan solusi dan bisa berbagi dengan para ibu di luar sana yang memiliki masalah sama. Setelah kulzoom pertama, saya membuat WAG User Taman Thufaila.
Akhir Desember masih ada projek ketiga kulzoom, Taman Thufaila akhirnya memiliki akun YouTube dan bertambah anggota tim baru mba Leli.

Desember ini adalah akhir perkuliahan Bunda Salihah tinggal satu even lagi yaitu konferensi ibu pembaharu.
Perasaan saya saat ini antara senang dan sedih.
Senang karena lulus tapi sedih karena saya akan merindukan saat-saat menonton live Bunda Septi dan informatika teh Dian di FB, perjalanan menjadi mahasiswa mulai dari kelas matrikulasi hingga Bunda Salihah, masa-masa  membuat dan setoran jurnal, mempunyai teman baru yang datang dan pergi, challenge even yang pernah saya ikutipun sangat berkesan.
Yang pasti dari tahun 2016-2021 di Institut Ibu Profesional saya merasa bertumbuh dari yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu apa-apa.
Ibu Septi melatih saya untuk bisa berkomitmen, konsisten dan bertanggung jawab atas apa yang sudah saya pilih.

Terima kasih Ibu Septi Peni Wulandani yang sudah menjadi guru, motivator, mentor,  fasilitator, dan teladan yang baik untuk saya terus belajar di universitas kehidupan ini. Jazakillah khoiron.

Changemaker Journey Team:

https://youtu.be/eOD9W2zLgeU

Indikator lulus Personal:

Selama menjadi mahasiswa Bunda Salihah saya selalu setor jurnal tepat waktu dan mengikuti semua even, untuk syarat lulus kampus saya yakin lulus.

Penilaian saya terhadap diri sendiri adalah saya merasa lulus Bunda Salihah.
Dari yang sebelumnya saya kepikiran anak-anak saya karena masalah kemandirian lifeskill, terutama 3 bulan terakhir anak-anak saya menunjukkan perkembangan dalam hal kemandirian lifeskill dari anak usia 10 tahun, 7 tahun sudah bisa diberikan tugas untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, bisa memasak masakan sederhana untuk kebutuhan dasarnya yaitu makan, pembiasaan ibadah terbiasa melaksanakan sholat 5 waktu dan menutup aurat untuk anak gadis 7 tahun, bisa menjaga adiknya usia 2 tahun dan 7 bulan.
Anak saya yang usianya 2 tahun sudah toilet training, mandi sendiri, makan, minum, sendiri walaupun kadang masih disuapi.

Selain lulus Personal, menurut saya Taman Thufaila bisa menjadi wadah belajar bersama untuk para orang tua Menumbuhkan Kemandirian lifeskill anak sejak dini karena kami membuat WAG User dan mengedukasi para ibu dengan Kulwap, kulzoom, artikel dan tips juga quotes di media sosial kami.
Insya Allah setiap bulan akan ada webinar, walaupun perkuliahan Bunda Salihah sudah selesai, Taman Thufaila tetap berjalan karena masih ada milestone 2 dan 3 yang akan selesai pada Juni 2022.

Taman Thufaila adalah tim yang fokus pada kemandirian anak dan projek kami selanjutnya meliputi:
- Kemandirian untuk kebutuhannya sendiri
- Kemandirian dalam ibadah
- Kemandirian belajar
- Kemandirian emergency response
- Kemandirian finansial
- Kemandirian sosial
- Kemandirian emosional, dll.

Karena saya yakin saya lulus dan saya senang belajar.
Maka saya ingin melanjutkan perjalanan belajar menuju ekosistem ibu pembaharu.
Aamiin Allohumma Aamiin.




#scaleupimpact
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#semestaberkaryauntukindonesia
#ibuprofesionaluntukindonesia





Tidak ada komentar:

Posting Komentar