Jumat, 19 Januari 2018

Hari#15, Menumbuhkan Fitrah Seksualitas Anak Sejak Dini

Jum'at, 19 Januari 2018/02 Jumadil Awal 1439H
Bismillaah....

BEKAL TAKWA DALAM MENDIDIK ANAK

Dimasa dewasa ini, banyak sekali teori pendidikan yang bisa didapatkan dan diterapkan. Namun tetap saja semua bergantung pada satu faktor yang pertama dan utama, yaitu taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu, seorang mukmin yang yakin dengan ucapannya:

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

yang yakin bahwa semua yang ada harus dengan izin dan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, pasti akan kembali menyandarkan pendidikan anak-anaknya kepada yang Maha Pemberi Petunjuk. Oleh karena itu, konsekuensinya adalah seorang muslim harus memperbaiki hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila Allah telah mencintai hambaNya, Allah akan memberikan keberkahan kepada hamba tersebut dan juga kepada anak-anaknya. Bagaimana jika dilihat kisah Nabi Ibrahim 'Alaihi wa Sallam yang Allah puji sebagai seorang yang shalih dan sebagai seorang umat yang demikian taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah berikan keberkahan amal shalih beliau, hubungan baik beliau dengan kebaikan pada anak keturunannya.
Oleh karena itu tidak ada jalan lain bagi orang tua yang menginginkan anaknya baik, kecuali memperbaiki hubungannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan semakin patuh kepada perintah Allah dan semakin menjauhi larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagaimana Mendidik Anak Dalam Islam?

Pendidikan yang baik adalah dengan menanamkan akhlaq yang baik secara kuat dan kokoh ke dalam jiwa anak, sehingga ia mampu menolak syahwat yang jelek, dan menjadikan jiwanya tidak akan merasa nyaman kecuali dengan hal-hal yang baik.

Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid

Pertanyaan:
Saya memohon nasehat Anda tentang bagaimana cara meningkatkan akhlaq dan cara mengasuh anak-anak saya agar memiliki akhlaq yang baik. Saya mendengar banyak nasehat dari para ulama bahwa anak-anak seharusnya tinggal dan belajar di bawah bimbingan ulama selama beberapa waktu agar bisa mempelajari akhlaq yang baik. Saat ini saya sangat khawatir terhadap akhlaq anak-anak saya karena kami tinggal di lingkungan yang buruk, dan akhlaq masyarakat di lingkungan kami sangat rendah, yang mana tidak menunjang peningkatan akhlaq yang baik. Saya belum lama masuk Islam, sehingga saya tidak memiliki ilmu yang cukup untuk meningkatkan akhlaq saya ataupun anak-anak saya. Mereka sangat suka menonton TV dan bergaul dengan kerabat-kerabat dan teman-teman yang menularkan akhlaq-akhlaq yang jelek. Sampai-sampai, meskipun kami selalu berupaya mengajari mereka akhlaq yang baik, namun contoh jelek dari masyarakat dan teman-temannya lebih berpengaruh kepada mereka. Saya bingung  apakah saya harus terus berusaha untuk tetap sabar dan mengingatkan mereka dengan lembut, atau saya harus bersikap keras untuk mengajari mereka akhlaq yang baik.

Jawaban:
Segala puji bagi Allah. Kami mengucapkan selamat kepada Anda untuk nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada Anda berupa hidayah untuk masuk Islam, dan kami memohon kepada Allah Ta’alaa agar meneguhkan kami dan Anda dalam mengikuti agama ini sampai kita bertemu dengan-Nya dalam keadaan Dia ridha kepada kita. Kami juga mengucapkan selamat kepada Anda kerena semangat Anda dalam memberikan anak-anak Anda pendidikan yang baik.
Kemudian jawaban dari pertanyaan Anda, kami menunjukkan beberapa hal penting dengan harapan dapat membantu Anda, dengan taufik Allah Ta’ala, untuk mencapai apa yang Anda inginkan.

Kami harus mengingatkan Anda bahwa, umumnya, akhlaq yang jelek itu sesuai dengan syahwat dan hawa nafsu seseorang, sehingga seorang anak akan melakukannya tanpa perlu disuruh atau susah-susah. Sebaliknya, akhlaq yang baik itu membutuhkan latihan bagi jiwa serta pengendalian dari syahwat, yang merusak dan merugikan jiwa. Akhlaq yang baik berarti mengikuti jalan yang bertentangan dengan hawa nafsu, sehingga merupakan suatu proses yang membutuhkan usaha dan perjuangan.

Pendidikan yang baik adalah dengan menanamkan akhlaq yang baik secara kuat dan kokoh ke dalam jiwa anak, sehingga ia mampu menolak syahwat yang jelek, dan menjadikan jiwanya tidak akan merasa nyaman kecuali dengan hal-hal yang baik, dan jiwanya akan membenci apa pun yang bertentangan dengan akhlaq yang baik. Sehingga anak akan menerima akhlaq yang baik, dan mencintai akhlak tersebut.
Cinta tidak dapat ditanamkan dengan cara kekerasan; melainkan membutuhkan hal-hal berikut:

1. Kelembutan

Terdapat sejumlah hadits Nabi yang mengajarkan kita untuk menggunakan kelembutan saat berinteraksi dengan orang lain, seperti berikut:
“Dari ‘Aisyah, istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai beliau, berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari)
Muslim (2592) meriwayatkan dari Jarir bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa yang terhalangi dari kelembutan, maka dia akan terhalangi dari kebaikan.’”
“Dari ‘Aisyah semoga Allah meridhai beliau bahwa dia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika Allah ‘azza wa jalla menginginkan kebaikan bagi anggota rumah tangga, Dia akan memasukkan kelembutan kepada mereka’ (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (24427); yang dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami ‘as-Shaghir (303)).
Di antara tabiat anak-anak adalah mereka mencintai orang tua yang lemah lembut kepada mereka, membantu mereka, dan yang perhatian kepada mereka, sebisa mungkin tanpa teriak dan amarah; bahkan dengan penuh hikmah dan kesabaran. Anak usia dini membutuhkan hiburan dan permainan; sebagaimana juga usia dini adalah usia yang tepat untuk menanamkan adab-adab dan pendidikan yang baik. Oleh karena itu, orang tua harus mampu menyeimbangkan antara keduanya.

Saat anak-anak mencintai orang tua yang penuh kelembutan, maka cintanya ini akan memotivasi mereka dengan kuat untuk menaati orang tuanya. Sebaliknya, tidak adanya kelembutan pada orang tua, bahkan adanya kekerasan, akan menyebabkan anak menjauh, yang pada gilirannya akan menyebabkan keras kepala dan ketidaktaatan, atau menyebabkan ketakutan yang akan menumbuhkan sifat dusta dan tipu daya pada diri anak kepada orang tua.

2. Kelembutan tidak berarti meniadakan hukuman pada saat diperlukan.

Namun, perlu dicatat bahwa hukuman, ketika membesarkan anak-anak, harus digunakan secara bijak. Hukuman diterapkan saat kelembutan tidak lagi berpengaruh, dan ketika nasehat, perintah dan larangan telah diabaikan.

Kemudian, hukuman juga harus memberikan manfaat. Misalnya, Anda memiliki masalah pada kebiasaan anak-anak Anda menghabiskan waktu yang lama di depan televisi, maka Anda dapat membatasi program yang mereka tonton, yakni yang bermanfaat dan tidak membahayakan secara umum, dan bebas dari perkara mungkar sebisa mungkin. Jika mereka melampaui waktu tonton yang telah ditentukan, Anda dapat menghukum mereka dengan melarang mereka menonton televisi selama satu hari penuh. Suatu ketika mereka melanggar lagi, maka Anda dapat melarang mereka dari menonton televisi untuk jangka waktu yang lebih lama, sesuai dengan tujuan kebaikan yang hendak digapai dan manfaat dalam pendidikan adab dan budi pekerti.

3. Memberikan contoh yang baik.

Orang tua harus memiliki akhlaq yang baik terlebih dahulu, sebelum mengajari anaknya berakhlaq baik. Sebagai contoh, tidak tepat jika seorang ayah melarang anaknya merokok padahal dia sendiri merokok.
Salah seorang ulama mengatakan kepada guru anak-anaknya, “Hal pertama yang harus Anda lakukan untuk mendidik keshalihan anak-anak saya adalah membuat diri Anda sendiri menjadi shalih. Karena kesalahan mereka adalah bentuk mencontoh dari kesalahan Anda; Hanya perbuatan baik saja yang harus Anda lakukan dan tinggalkanlah perbuatan yang jelek di hadapan mereka” (Tariikh Dimasyq, 38 / 271-272).

4. Menerapkan lingkungan yang baik.

Lingkungan yang baik adalah lingkungan di mana perbuatan baik dipuji dan pelakunya dimuliakan, sedangkan perbuatan buruk dan pelakunya dicela. Saat ini, lingkungan seperti ini sangat jarang kita temui. Namun, dengan usaha keras dan sungguh-sungguh secara fisik, psikologis dan finansial, insyaAllah kita mampu untuk membuatnya.
Misalnya, jika terdapat sebuah keluarga muslim yang tinggal di lingkungan di mana tidak ada keluarga muslim lainnya, keluarga ini harus berusaha keras untuk pindah ke lingkungan atau kota di mana terdapat banyak muslim, atau lingkungan di mana terdapat masjid atau pusat kegiatan Islam yang aktif dalam menjalankan program-program untuk anak-anak muslim.

Jika orang tua mampu mengeluarkan uang untuk pakaian bagus, makanan lezat, dan rumah yang nyaman, mereka juga harus bersedia mengeluarkan uangnya dalam usaha untuk memperoleh akhlaq yang baik, dengan mengharap pahala dari Allah Ta’alaa dengan hal tersebut.

5. Mendo'akan kebaikan untuk anak-anak

Berdo’a pada waktu-waktu mustajab, seperti saat sepertiga malam terakhir, saat sujud, dan pada hari Jumat. Perbanyaklah meminta kepada-Nya agar menjadikan anak-anak Anda menjadi anak-anak yang shalih dan agar membimbing mereka ke jalan yang lurus. Berdoa untuk kebaikan anak adalah salah satu ciri hamba Allah yang shalih.

Resume dari artikel di atas adalah bahwa dalam mendidik anak khususnya menumbuhkan fitrah seksualitas sejak dini yang paling utama adalah ketakwaan orang tua kepada Allah Ta'ala.
Ketakwaan menjadi bekal utama orang tua untuk mendidik anak sehingga mampu menjadi pendidik terbaik untuk anak-anaknya agar fitrahnya sebagai manusia yang akhlaqnya baik, aqidahnya lurus dan tidak menyimpang, jika anak laki-laki menjadi laki-laki sejati dan anak perempuan menjadi perempuan sejati.

Semoga kita menjadi orang tua yang bertakwa. Agar keturunan kita juga mendapatkan kebaikan, sebagaimana kisah nabi Ibrahim 'Alaihi wa Sallam yang Allah karuniakan anak-anak dan keturunan yang sholeh yang senantiasa bertakwa kepada Allah Ta'ala.
Bahkan Rasulullah Shollallahu 'Alaihi wa Sallam manusia terbaik, suri tauladan kita adalah salah satu keturunan nabi Ibrahim 'Alaihi wa Sallam.
Aamiin.



Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar